“Aku” dalam Budaya Jawa

Mohammad Damami
State Islamie University (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia

DOI: https://doi.org/10.14421/ajis.1994.550.121-133

Abstract


Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki nivo tertinggi: ia disebut human. Mengapa? Salah satu sebabnya adalah  karena hanya manusia saja yang benar-benar menyadari terhadap “aku”-nya dan yang benar-benar ingin mengetahui secara total “aku”-nya sendiri itu. Mengapa manusia senantiasa “menyadari” dan “ingin mengetahui” secara itu? Karena hanya manusia saja yang merasa senantiasa berharap dengan diri sendiri dalam dunianya, demikian menurut N. Driijakara, S.J. Penyadaran dan pengetahuan terhadap diri sendiri, bagi manusia, sangat bermakna bagi kehidupan mereka. Kata Soedjatmoko, “ada atau tidaknya keberanian hidup, ketabahan dalam menghadapi rintangan, inisiatif dan kreativitas seseorang, dan ada atau tidaknya tekad pada suatu bangsa untuk maju dan sekaligus menangani masalah kemiskinan masal, serta ketidakadilan masyarakatnya, sangat ditentukan oleh konsepsi tentang aku ini.

 


Full Text:

PDF




Copyright (c) 2022 Mohammad Damami

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.